Mengenal Sosok Greysia Polii

20151203PBSI_INAMasters_GreysiaNitya2Greysia Polii merupakan pemain ganda putri terbaik Indonesia selama bertahun-tahun di era tahun 2000an. Berbeda dengan bintang putri lainnya yang lebih banyak mencetak prestasi  di ganda campuran, justru Greysia menjaga gawang ganda putri Indonesia. Contoh sepak terjangnya adalah menyumbangkan medali emas Asian Games setelah 38 tahun tidak diraih ganda putri Indonesia.

Greysia Polii, lahir di Jakarta 11 Agustus 1987, putri pasangan Willy Polii dan Evie Pakasi. Greysia mulai mengenal bultangkis sejak umur 5 tahun. Keluarga Greysia Polii tinggal di kota Manado. Lalu, untuk mendukung karir Greysia, keluarganya pindah ke Jakarta tahun 1995.

Greysia Polii terpilih masuk ke Pelatnas tahun 2003. Meskipun lebih banyak bermain sebagai pemain ganda putri, Greysia sempat merangkap di sektor ganda campuran. Awal karir internasionalnya berpasangan dengan Muhammad Rijal untuk nomor ganda campuran dan Heni Budiman di ganda putri. Bersama Rijal, ia meraih juara Indonesia Terbuka Junior 2003-2004. Sedangkan dengan Heni, ia mencapai semifinalis Malaysia Satelitte 2003 dan Swiss Terbuka 2005.

Tahun 2005, Greysia dipasangkan dengan Jo Novita, pemain yang jauh lebih senior darinya. Ia semakin banyak mencetak prestasi diantaranya semifinalis Kejuaraan Asia 2005, Hong Kong Open 2005 dan Singapura Open 2005, serta medali perak SEA Games.

Gelar juara bersama Jo Novita baru bisa diraih di Philipine Open 2006. Selebihnya mereka kembali menjadi semifinalis Denmark Open 2006, runner up Korea Open 2006, semifinalis Philipine Open 2007 dan semifinalis French Open 2007. Ditahun 2007 ini, Greysia sempat dipasangkan dengan Vita Marissa dan berhasil menjadi runner up Malaysia Open.

Tahun 2008, Greysia mendapat pasangan baru, Nitya Krishinda Maheswari. Pasangan ini menjanjikan harapan dengan mencapai empat besar beberapa turnamen. Nitya/Greysia meraih prestasi semifinal Denmark Open 2008, semifinalis Jepang Open 2009, French Open 2009 dan runner up Singapura Open 2009. Namun, kebersamaan dengan Nitya tidak berlangsung lama. Pelatih menganggap prestasinya tidak maksimal dan memecah pasangan ini tahun 2010. Greysia lalu diduetkan dengan Meiliana Jauhari.

Prestasi Greysia/Nitya cukup baik dengan bertengger di papan atas dunia. Namun prestasinya masih lebih banyak sebatas semifinalis dan final. Diantaranya finalis Indonesia Grand Prix Gold 2010, finalis Chinese Taipei Open Grand Prix Gold 2011, semifinalis Swiss Open GPG 2011, semifinalis India Open Superseries 2011, semifinalis Malaysia GPG 2011, semfinalis Indonesia Terbuka SSP 2012 dan semifinalis Singapura Open Superseries 2012.

Berbagai capaian prestasi tersebut, membuat pasangan ini lolos ke Olimpiade London 2012. Diajang multi cabang tertinggi di dunia ini, justru Greysia/Meiliana mengalami cerita kelabu. Greysia/Meiliana dan pasangan Korea Ha Jung Eun/Kim Min Jung dianggap saling mengalah di babak penyisihan grup C agar menghindari pasangan kuat China Wang Xiaoli/Yu Yang di babak perempat final. Pasangan Indonesia ini bersama 3 pasangan lainnya didiskualifikasi oleh BWF (Badminton World Federation). Akibat lanjutan, PBSI memberikan sangsi larangan bertanding selama 4 bulan kepada Greysia/Meiliana.

Menjelang Piala Sudirman 2013 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pelatih Pelatnas memadukan kembali Nitya dengan Greysia Polii. Bermula dari “rujuk” inilah prestasi besar mulai dicapai keduanya. Gelar grand prix gold pertama bisa mereka capai di Thailand Open 2013. Di babak final, Greysia/Nitya mengalahkan pasangan Jepang, Yuriko Miki/Koharu Yanemoto, 21-7 dan 21-13. Lalu, kejutan dibuat Greysia/ Nitya di kejuaraan Chinese Taipei Open 2014. Mereka bukan hanya sekedar menjadi juara tetapi mengalahkan pasangan juara dunia dua kali asal China Yu Yang/Wang Xiaoli, 21-18 dan 21-11 di babak final.

Prestasi yang sangat membanggakan ketika mengumandangkan Indonesia Raya sebagai tanda raihan medali emas Asian Games di Incheon, Korea Selatan. Keberhasilan ini dicapai setelah mengalahkan Tian Qing/Zhao Yunlei (China), 21-17, 19-21, 21-17 di semifinal dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang), 21-15 dan 21-9, di final. Mereka memutus dahaga 38 tahun raihan emas sektor ganda putri Indonesia di Asian Games. Terakhir, pebulutangkis ganda putri Indonesia meraihnya tahun 1978 di Bangkok melalui Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna.

Korea menjadi tempat keberuntungan bagi Greysia/ Nitya. Mereka menyabet gelar superseries pertama kali di Korea Open 2015 setelah mengalahkan andalan tuan rumah Chang Ye Na/Lee So Hee, 21-15 dan 21-18. Gelar ganda putri superseries sebelumnya diraih Indonesia sudah tujuh tahun berlalu dimana Vita Marissa/Liliyana Natsir menjuarai Indonesia Open 2008.

Selain itu Greysia/ Nitya meraih gelar juara Chinese Taipei Open Grand Prix Gold 2015 setelah mengalahkan pasangan kembar asal China Lou Ying/Lou Yu di final dengan skor, 21-17 dan 21-17. Prestasi lainnya sepanjang tahun 2015 antara lain semifinalis Kejuaraan Dunia, French Open, Superseries, Hong Kong Open Superseries dan BWF Superseries Final.

Tahun 2016, Greysia/ Nitya menambah koleksi gelar superseries setelah menjuarai Singapore Open. Di babak final, mereka meraih kemenangan WO dari Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang).  Prestasi Nitya/Greysia termasuk stabil di jajaran atas. Selain juara di Singapura, mereka meraih runner up Australia Open Superseries 2016, semifinalis India Terbuka Superseries 2016, semifinalis Malaysia Open Superseries Premier 2016 dan semifinalis Denmark Open Superseries Premier 2016.

Greysia dan Nitya kembali harus berpisah. Penghujung tahun 2016, Nitya melakukan operasi untuk mengobati cedera lutut yang dideritanya. Hal tersebut menyebabkan Nitya harus beristirahat selama 6 bulan.

Diawal tahun 2017, Greysia kemudian dicoba berpasangan dengan Rosyita Eka Putri Sari, lalu kemudian dengan Rizki Amelia Pradibta. Dengan kedua pemain tersebut, hasil yang diraih tidak terlalu menggembirakan. Kemudian Greysia dipasangkan dengan pemain yang lebih junior lagi, Apriani Rahayu. Duet Greysia/Apriani langsung menggebrak dengan menjadi juara Thailand Open Grand Prix Gold. Inilah gelar GPG pertama buat Apriani Rahayu.

Lalu, Greysia berhasil membawa Apriani Rahayu untuk meraih gelar Superseries pertama di French Open. Dibabak final, mereka mengalahkan andalan Korea Shin Seung Chan /Lee So Hee, 21-17 dan 21-15. Greysia/Apriani juga menembus babak final Hong Kong Open Superseries 2017, namun kalah dari pasangan juara dunia Jia Yifan/Chen Qingchen, 21-14, 16-21 dan 15-21.

Tahun 2018, Greysia/Apriani memperoleh satu gelar juara yakni di India Open super 500 setelah di babak final mengalahkan Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai (Thailand), 21-18 dan 21-15. Lalu, satu kali runner up di Indonesia Masters Super 500. Mereka kalah dari Misaki Matsutomo/ Ayaka Takahashi (Jepang), 17-21 dan 12-21. Di tahun ini, mereka juga meraih medali perunggu di Asian Games dan Kejuaraan Dunia.

Greysia/Apriani mencatat beberapa kali di posisi semifinalis yakni Japan Open Super 750, China Open Super 1000, Denmark Open Super 750, French Open Super 750 dan Hong Kong Open super 500. Uniknya semua kekalahan di babak semifinal tahun 2018 terjadi dari pemain-pemain putri Jepang. Pasangan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, Misaki Matsutomo/ Ayaka Takahashi dan Yuki Fukushima /Sayaka Hirota menjadi penyebab tujuh kekalahan di babak empat besar tersebut.

Tahun 2019, Greysia/Apriani mengalami penurunan prestasi dibandingkan tahun 2018. Mereka memang berhasil mempertahankan gelar juara di India Open super 500 setelah mengalahkan Chow Mei Kuan/ Lee Meng Yean (Malaysia), 21-11, 25-23. Selebihnya, mereka mencapai runner up Malaysia Masters super 500, semifinalis Indonesia Masters super 500 dan mempertahankan medali perunggu Kejuaraan Dunia. Dua semifinalis lainya dicetak dari turnamen level lebih rendah, Australian Open super 300 dan New Zealand Open super 300.

Untungnya, Greysia/Apriani memperoleh hiburan dengan meraih medali emas di SEA Games yang berlangsung di Manila, Philipina. Medali emas SEA Games ini cukup berarti bagi Gresyia Polii setelah tiga kali kandas di babak final. Ia harus puas dengan medali perak berpasangan dengan Jo Novita (2005, 2007) dan Nitya (2013)

 

Suasana haru terjadi di turnamen Indonesia Masters 2020. Setelah sepekan sebelumnya meraih semifinalis Malaysia Masters, Greysia/Apriani berhasil merebut juara di Istora Senayan, Jakarta. Kemenangan menghapus dahaga 12 tahun sektor ganda putri Indonesia untuk menjadi juara di Istora. Sebelumnya, Vita Marissa/Liliyana Natsir meraihnya di Indonesia Open Superseries 2008. Selain itu bagi Greysia/Apriani, kemenangan ini sekaligus membangkitkan kembali semangat dari keterpurukan prestasi tahun 2019. Di babak final, Greysia/Apriani mencatat kemenangan dramatis atas Maiken Fruergaard/Sara Thygesen (Denmark), 18-21, 21-11, 23-21.

Greysia/Apriani menambah koleksi gelar juaranya dari ajang Barcelona Spain Masters 2020. Di final turnamen super 300 tersebut, mereka mengungguli duet bersaudara Gabriela Stoeva/Stefani Stoefa (Bulgaria), 18-21, 22-20, 21-17. Sebelum pertandingan internasional dihentikan sementara karena wabah Covid-19, Greysia/Apriani sempat turun di turnamen All England 2020, namun terhenti di pertandingan perdana.

Sejak masuk Pelatnas tahun 2003 hingga tahun 2020, berarti Greysia telah 17 tahun mengawal ganda putri Indonesia. Dengan suka dukanya, Greysia Polii merupakan salah satu dari sedikit pemain ganda putri terbaik Indonesia.

Greysia melepas masa lajangnya pada tanggal 23 Desember 2020. Ia dinikahi oleh kekasihnya yang bernama, Felix Djimin. Namun ia harus rela memangkas bulan madunya karena persiapan menuju tiga turnamen Asia pertama setelah terhentinya kejuaraan akibat pandemic covid19.

Greysia memberikan kado terbaik untuk pernikahannya. Ia Bersama Apriani Rahayu berhasil meraih juara gadan putri pada turnamen Yonex Thailand Open. Dibabak final, mereka mengandaskan pasangan tuan rumah Jongkolphan Kititharakul/ Rawinda Prajongjai, 21-15, 21-12. Ini merupakan gelar turnamen super 1000 pertama bagi Apri/Greysia khususnya dan ganda putri Indonesia umumnya.

Sepekan berikutnya, diajang Toyota Thailand Open atau dikenal juga dengan Thailand Open II, Apri/Greysia meraih hasil sebagai semifinalis. Mereka kalah dari Lee So Hee/ Shin Seung Chan (Korea), 16-21, 18-21 di babak empat besar tersebut.

 

Profil

Nama                                    : Greysia Polii

Tanggal Lahir                      : 11Agustus 1987

Tempat Lahir                      : Jakarta

Nama Ayah                         : Willy Polii

Nama Ibu                            : Evie Pakasi

Pegangan Raket                : Kanan

 

Prestasi

Medali emas Asian Games 2014 (/Nitya Krishinda Maheswari)

Medali emas SEA Games 209 (/Apriani Rahayu)

Juara ganda putri BWF World Tour Super 1000 – Yonex Thailand Open 2021 (/Apriani Rahayu)

Juara ganda putri BWF World Tour Super 300 – Barcelona Spain Masters 2020 (/Apriani Rahayu)

Juara ganda putri BWF World Tour Super 500 – Indonesia Masters 2020 (/Apriani Rahayu)

Juara ganda putri BWF World Tour Super 500 – India Open 2018 & 2019 (/Apriani Rahayu)

Juara ganda putri French Open Superseries 2017 (/Apriani Rahayu)

Juara ganda putri Thailand Open Grand Prix Gold 2017 (/Apriani Rahayu)

Juara Korea Open Superseries 2015 (/Nitya Krishinda Maheswari)

Juara Singapore Open Superseries 2016 (/Nitya Krishinda Maheswari)

Juara Perancis Open Superseries 2017 (/Apriani Rahayu)

Juara Chinese Taipei Open Grand Prix Gold 2014 & 2015 (/Nitya Krishinda Maheswari)

Juara Thailand Open Grand Prix Gold 2013 (/Nitya Krishinda Maheswari)

Juara Philipine Open 2006 (/Jo Novita)

Medali emas PON 2008 (/Nathalia Poluakan)

 

 

 

 

 

Leave a Reply