Mengenal Sosok Tontowi Ahmad

tontowi bertahanGelar- gelar perorangan bergengsi berhasil disabet Tontowi Ahmad. Di turnamen tertua di dunia All England, ia berhasil mencetak hattrick. Juara Dunia dan emas Olimpiade yang  merupakan puncak impian atlet bulutangkis, juga berhasil dicapai.

Tontowi Ahmad lahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 18 Juli 1987 merupakan anak laki-laki pasangan Muhammad Husni Muzaitun dan Masruroh. Tontowi yang akrab dipanggi Owi, mengenal bulutangkis dari ayahnya sekaligus pelatih pertamanya. Untuk melatih anak-anaknya, sang ayah membangun lapangan bulutangkis di belakang Toko Bangunan miliknya.

Owi kecil sebenarnya kurang menyukai bulutangkis, sehingga ayahnya harus mencari cara agar Owi mau berlatih. Ketika SMP, Owi sudah mulai membuat prestasi. Kemudian ia bergabung dengan klub Argo Pantes Tangerang, lalu pindah ke Pusdiklat Gresik. Karir Owi sebagai pebulutangkis hampir tamat. Ia sempat memutuskan untuk meneruskan studi di perguruan tinggi dan berhenti bulutangkis. Penyebabnya karena ia tidak mempunyai pasangan untuk meneruskan karir sebagai pemain ganda.

Saat yang tepat, ia ditawari oleh pelatih ganda PB Djarum, Denny Kantono untuk bergabung di klub yang banyak menghasilkan pemain ganda kelas dunia tersebut. Tidak lama setelah itu, ia pun terpilih menjadi pemain Pelatnas. Prestasinya di sektor ganda campuran mulai terlihat tahun 2007. Ia berpasangan dengan Yulianti berhasil meraih gelar juara Thailand Satelitte, Surabaya Challenge dan Vietnam Open Grand Prix.

Tahun berikutnya, ia mempertahankan gelar juara Vietnam Open, namun kali ini berpasangan dengan Shendy Puspa. Ia juga sempat menjuarai Vietnam Challenge 2009 bersama Richi Puspita Dili.

Tahun 2010, pelatih Pelatnas mengadakan perombakan pasangan. Saat itu pasangan ganda campuran nomor satu Indonesia masih dipegang Nova Widianto/Liliyana Natsir. Nova/Liliyana merupakan pasangan juara dunia dua kali 2005 dan 2007 serta peraih perak Olimpiade Beijing 2008. Namun pelatih mencarikan pasangan yang lebih muda untuk Liliyana Natsir, karena Nova sudah bersiap untuk memasuki masa gantung raket. Tentu saja, pelatih akan mencarikan pelatih yang sepadan untuk Liliyana.

Owi menjadi salah satu kandidat pendamping Liliyana. Ketika itu, masih ada nama pemain-pemain lain seperti Fran Kurniawan, Muhammad Rijal dan Devin Lahardi. Liliyana dicoba dengan Devin Lahardi di turnamen Malaysia Grand Prix Gold 2010 dan berhasil meraih juara. Kemudian baru dengan Tontowi di Macau Open Grand Prix Gold 2010 yang juga meraih juara. Akhirnya diputuskan Tontowi Ahmad sebagai pendamping Liliyana Natsir di lapangan hijau.

Liliyana yang akrab dipanggil Butet dan Owi memulai perjalanan mereka menjadi pasangan ganda campuran legenda. Mereka berhasil meraih gelar keduanya di ajang Indonesia Grand Prix Gold 2010. Owi/Butet mampu mengatasi perlawanan rekannya Markis Kido/Lita Nurlita di babak akhir dengan skor, 21-11, 21-13.

Tahun 2011, pasangan Owi/Butet mulai mengumpulkan berbagai gelar juara. Mereka memenangkan India Open SS setelah menaklukan rekannya Fran Kurniawan/Pia Zebadiah Bernadet, 21-18, 23-21. Lalu, Malaysia Open GPG setelah menundukan andalan tuan rumah Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, 18-21, 21-15, 21-19. Kemudian, Singapore Open Super Series setelah menghempaskan Chen Hung Ling/Cheng Wen Hsing (Chinese Taipei), 21-14, 27-25 dan Macau Open GPG yang unggul tanpa bertanding atas Chen Hung Ling/Cheng Wen Hsing di babak final. Sedangkan di Kejuaraan Dunia, duet ini terhenti di babak semifinal. Mereka menelan kekalahan dari Chris Adcock/Imogen Bankier (Inggris/Skotlandia), 16-21, 19-21.

Bersama Tontowi, prestasi Liliyana makin mentereng. Ia meraih gelar juara All England tahun 2012 setelah di final mengalahkan pasangan Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Ryhter Juhl, 21-17 dan 21-19. Ini merupakan penantian selama 33 tahun bagi ganda campuran Indonesia setelah terakhir gelar juara dipersembahkan Christian Hadinata/Imelda Wiguna pada tahun 1979.

Selepas juara All England, Owi/Butet tidak langsung pulang ke tanah air, melainkan memburu gelar juara di Swiss Open di pekan berikutnya. Owi/Butet mengandaskan asa pasangan Prapakamol/Saralee Thoungthongkam , 21-16, 21-14. Gelar juara lainnya direbut pasangan ini adalah India Open Super Series, Indonesia GPG dan Macau Open GPG.

Kekecewaan mendalam pernah menerpa Liliyana dan Tontowi ketika gagal meraih medali di Olimpiade London 2012. Mereka sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang melaju ke semifinal, harus menderita kekalahan dari Xu Chen/Ma Jin (China). Lalu, mereka gagal meraih medali perunggu setelah kalah dari Joachim Fisher Nielsen/Christinna Pederden (Denmark) yang menandai terhentinya tradisi medali bagi bulutangkis Indonesia di Olimpiade.

Owi/Butet mampu mempertahankan gelar All England di tahun 2013 dengan mengalahkan lawan yang kuat dari Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei di final, 21-13 dan 21-17. Gelar juara dunia tidak luput dari gengaman Owi/Butet. Mereka berhasil menjadi juara tahun 2013 di kandang macan Guangzhou, Tiongkok. Bahkan mereka mengalahkan dua pasangan tuan rumah yang sangat diunggulkan, Zhang Nan/Zhao Yunlei di semifinal dan Xu Chen/Ma Jin di final. Gelar juara lainnya yang direngkuh tahun 2013 adalah Singapore Open Super Series dan China Open Super Series Premier.

Owi/Butet mencetak hattrick di turnamen All England setelah kembali menjadi juara tahun 2014 dengan mengalahkan lawan yang sama seperti tahun 2013, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Uniknya skornya pun sama seperti tahun sebelumnya yakni, 21-13 dan 21-17. Mereka juga meraih gelar ketiga di arena Singapore Open. Lalu menambah satu gelar lagi di French Open Super Series 2014.

Owi/Butet seolah mengalami paceklik prestasi di tahun 2015 atau setahun menjelang Olimpiade Rio de Janeiro. Pasangan ini sering kali mengalami kekalahan di babak semifinal maupun final. Owi/Butet terhadang di babak semifinal di turnamen Malaysia Open SSP, Singapore Open SS, Australian Open SS, Indonesia Open SS dan Kejuaraan Dunia. Mereka juga harus puas di podium kedua di turnamen All England, Korea Open SS dan Denmark Open SS. Namun Owi/Butet masih mampu meraih gelar juara pada Kejuaraan Asia dan Indonesia Masters GPG.

Memasuki tahun 2016, pencapaian Owi/Butet masih belum membaik. Bahkan mereka sudah kalah di babak perempat final All England setelah selama 4 tahun sebelumnya selalu menembus partai puncak. Owi/Butet sempat menjuarai Malaysia Open SSP. Namun kemudian kalah di semifinal Singapore Open, babak final Kejuaraan Asia, 16 besar Indonesia Open dan babak pertama Australian Open.

Owi/Butet pun memiliki catatan kurang baik bila bertemu pasangan nomor satu dunia saat itu Zhang Nan/Zhao Yunlei. Mereka selalu kalah dari pasangan Tiongkok tersebut sejak pertemuan di final Asian Games 2014.

Tibalah saat yang paling dinantikan, Olimpiade 2016 di Rio De Janeiro. Meskipun mengalami masa prestasi yang kurang cemerlang, namun Owi/Butet sudah melakukan persiapan dengan berlatih keras termasuk melakukan karantina di kota Kudus. Owi/Butet berhasil mengatasi Zhang Nan/Zhao Yunlei, 21-16, 21-15 di babak semifinal. Kemudian, mereka mengembalikan tradisi medali emas bulutangkis Indonesia setelah mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) di final dengan skor,21-14 dan 21-12. Liliyana merupakan salah satu dari sedikit legenda bulutangkis yang mampu meraih gelar-gelar prestisius All England, Kejuaraan Dunia dan Olimpiade sekaligus.

Selepas Olimpiade, Owi/Butet seperi lepas dari beban berat. Mereka berhasil meraih dua gelar juara berturut-turut China Open SSP dan Hong Kong Open SS dalam dua pekan berturut-turut. Di final China Open, mereka mengalahkan pasangan tuan rumah Zhang Nan/Li Yi Hui, 21-13, 22-24 dan 21-16. Sementara di Hong Kong, mereka unggul atas juniornya Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, 21-19 dan 21-17.

Sebagai persiapan bila Butet pensiun dari bulu tangkis, Owi dicoba berpasangan dengan pemain yang lebih muda. Ia ditandemkan dengan Gloria Emmanuelle Wijaya di beberapa turnamen, namun tetap dengan Butet untuk turnamen-turnamen level super series. Owi/Gloria tampil di Malaysia Masters GPG 2020 dengan hasil menembus babak semifinal. Mereka kalah dari pasangan tuan rumah Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai, 17-21, 18-21. Lalu, Owi/Gloria hanya mencapai babak 16 besar di turnamen Swiss Open GPG. Kiprah pasangan ini tidak dilanjutkan lagi dan Owi kembali fokus berpasangan dengan Butet.

Ditengah deraan cedera lutut yang menimpa Butet, mereka masih mampu meraih tiga gelar juara di tahun 2017. Owi/Butet berhasil meraih gelar juara Indonesia Open untuk pertama kali sejak kedua berpasangan. Owi/Butet berhasil mengatasi Zheng Si Wei/Chen Qing Chen (Tiongkok), 22-20, 21-15 di pertandingan akhir. Namun turnamen Indonesia Open ini tidak dilaksanakan di Istora, Senayan melainkan di Jakarta Convention Centre terkait renovasi Istora untuk persiapan Asian Games.

Lalu, mereka sukses merebut kembali gelar juara dunia. Owi/Butet kembali berhasil mengatasi Zheng Si Wei/Chen Qing Chen dengan, 15-21, 21-16 dan 21-15. Owi/Butet berhasil menambah satu gelar superseries di French Open. Mereka kembali unggul atas Zheng Si Wei/Chen Qing Chen, 22-20, 21-15 di babak final.

Setelah mendapat stigma selalu gagal di turnamen Indonesia Open yang berlangsung di Istora, akhirnya Owi/Butet berhasil menembusnya. Mereka berhasil menjadi Indonesia Open 2018 yang dilaksanakan di Istora. Hasil ini diperoleh setelah mengalahkan Chang Peng Soon/Goh Li Ying, 21-17, 21-8 di babak final.

Namun niat Owi/Butet untuk melengkapi prestasinya dengan medali emas Asian Games, gagal terlaksana. Mereka harus puas meraih medali perunggu setelah kalah di babak semifinal dari Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, 13-21 dan 18-21.

Tibalah waktu perpisahan Owi dan Butet. Pasangan ini tampil dalam pertandingan terakhirnya di Indonesia Masters 2019. Owi/Butet berhasil menembus babak final turnamen ini. Mereka harus puas menaiki podium kedua setelah kalah dari Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, 19-21, 16-21. Sebelum acara final, dilangsungkan sebuah persembahan perpisahan dalam acara Liliyana Natsir’s Farewell Event dengan tema #Thank You Butet.

Sepekan sebelum Indonesia Masters 2019, Owi sempat dicoba dengan Debby Susanto namun hanya mencapai babak kedua. Setelah Indonesia Masters 2019, Owi mendapat pasangan baru yakni Winny Oktavina Kandow. Penampialn Owi/Winny di Spain Barcelona Masters 2019, menembus hingga perempat final. Demikian pula di All England 2019, India Open 2019, Malaysia Open 2019, Indonesia Open 2019, Chinese Taipei Open 2019 dan China Open 2019. Selebihnya kalah sebelum babak 8 besar.

Prestasi selama setahun bersama Winny kurang memuaskan buat seorang Owi. Ia mencoba berganti pasangan. Apriyani Rahayu yang merupakan pemain ganda putri terbaik Indonesia bersama Greysia Polii, menjadi pilihan Owi. Namun pasangan Owi/Apri tidak memiliki peringkat yang cukup sehingga harus melalui tahapan babak kualifikasi. Owi/Apri pun hanya sempat bertanding satu turnamen di Indonesia Masters 2020. Pasangan ini mengalami kekalahan di babak 16 besar dari pasangan suami istri Chris Adcock/Gabrielle Adcock, 9-21, 12-21.

Tanggal 18 Mei 2020, Owi mengunggah pengumuman pensiunnya melalui akun instagram miliknya.  Sebelumnya, ia terlebih dahulu mengirimkan surat pengunduran dirinya ke Pelatnas PBSI. Dalam unggahannya, Owi juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung karirnya di bulu tangkis.

Dari luar lapangan, Owi telah membangun keluarga kecilnya sendiri. Ia menikahi kekasihnya yang bernama Michelle Nabila Harminc tanggal 2 Agustus 2014. Uniknya resepsi pernikahannya baru dilaksanakan tanggal 18 Januari 2015 di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah. Dari pernikahannya, Owi telah memiliki dua buah hatinya yang bernama Danish Arsenio Ahmad dan Arsya Alfarezel Ahmad. Danish lahir tanggal 29 April 2015 di RS Pondok Indah, Jakarta. Sedangkan Arsya lahir tanggal 19 Januari 2018 juga di Rumah sakit Pondok Indah, Jakarta.

20150402PBSI_MOSSP_TontowiLiliyana4

Profil

Nama                                                    : Tontowi Ahmad

Tanggal Lahir                                      : 18 Juli 1987

Tempat Lahir                                      : Banyumas

Nama Ayah                                         : Muhammad Husni Muzaitun

Nama Ibu                                            : Masruroh

Nama Saudara                                   : Maria Uswatun Hasanah & Yahya Hasan

Nama Istri                                           : Michelle Nabila Harminc

Nama Anak                                         : Danish Arsenio Ahmad & Arsya Alfarezel Ahmad

Pegangan Raket                                : Kanan

 

Prestasi

Medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 (/Liliyana Natsir)

Juara BWF World Championships 2013 & 2017 (/Liliyana Natsir)

Juara All England Open Superseries Premier 2012, 2013 & 2014 (/Liliyana Natsir)

Juara Indonesia Open SSP 2017 (/Liliyana Natsir)

Juara BWF World Tour Super 1000 – Indonesia Open 2018(/Liliyana Natsir)

Juara Asia Championships 2015 (/Liliyana Natsir)

Juara Malaysia Open Superseries Premier 2016 (/Liliyana Natsir)

Juara China Open SSP 2013 & 2016 (/Liliyana Natsir)

Juara French Open Superseries 2014, 2017 (/Liliyana Natsir)

Juara Hong Kong Open SS 2016 (/Liliyana Natsir)

Juara Singapore Open Super Series 2011, 2013, 2014 (/Liliyana Natsir)

Juara India Open SS 2011, 2012, 2013 (/Liliyana Natsir)

Juara Indonesia GPG 2010, 2012, 2015 (/Liliyana Natsir)

Juara Swiss Open GPG 2012 (/Liliyana Natsir)

Juara Macau Open GPG 2010, 2011, 2012 (/Liliyana Natsir)

Juara Malaysia GPG (/Liliyana Natsir)

Juara Vietnam Chalenge 2009 (/Richi Puspita Dili)

Juara Vietnam Open GP 2008 (/Shendy Puspa)

Juara Thailand Satelitte 2007 (/Yulianti)

Juara Surabaya Challenge 2007 (/Yulianti)

Juara GP Vietnam Terbuka 2007 (/Yulianti)

Leave a Reply