Ketika Atlet di Bully

Edi Subaktiar CilegonDi era kemajuan sosial media saat ini, para fans bulutangkis dapat dengan mudahnya berinteraksi dengan atlet pujaannya dengan juga menggunakan sosial media. Ini bisa berdampak positif karena fans dapat memberikan dukungannya yang dibaca langsung dan cepat oleh sang atlet. Fans atau masyarakat menjadi lebih peduli dengan atlet-atlet yang telah mengharumkan nama bangsa, sementara sang atlet juga merasa mendapat perhatian dan dukungan.

Namun segala sesuatunya pastilah mempunyai dua sisi, positif dan negatif. Ketika seorang atlet mengalami kekalahan, maka dengan mudahnya pula kalangan masyarakat mencerca para atlet. Hal ini pernah dialami beberapa atlet, dan beberapa hari yang lalu seorang atlet tunggal putra muda usia mengalami yang disebut bullyan di sosial media.

Menanggapi bullyan dari masyarakat dunia maya, Edi Subaktiar pun angkat bicara. Menurutnya, kejadian seperti ini, sudah hal yang biasa dialami oleh mereka. Atlet ganda campuran Pelatnas ini, menganggapnya sebagai resiko dari seorang atlet. Ketika mereka mencetak prestasi, maka sanjungan dan pujian pun datang mengalir serta disambut bak seorang pangeran. Namun ketika kalah, atlet dianggap tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu sudah resiko atlet maka ia tidak perlu menjadikannya sebagai beban melainkan menjadi motivasi.

Komentar ini disampaikan Edi saat acara “meet and greet” atau jumpa fans yang berlangsung di Cilegon, 13 Maret 2015. Senada dengan Edi, Berry Anggriawan mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, pemain sepak bola sekelas Christiano Ronaldo saja sering dibully. Jadi itu merupakan hal yang lumrah bagi atlet. Baginya, terserah orang lain bicara apa saja, namun yang penting ia berusaha untuk sukses.

Sungguh bijak pendapat kedua atlet ini dimana mereka tidak menyalahkan orang yang sudah melakukan bully terhadap dirinya dan teman-temannya. Sudah selayaknya masyarakat pecinta bulutangkis juga melakukan hal yang bijak dengan tidak melakukan bully yang mungkin saja akan membuat atlet tertentu malah semakin terpuruk secara mental.

 

Catatan kecil dari,

Cilegon, 14 Maret 2015

Leave a Reply