Mengenal Sosok Susy Susanti

78f9deee1a2635805c00abf97c1534d9Susy Susanti merupakan pemain putri terhebat Indonesia sepanjang masa sampai saat ini. Semua gelar bergengsi dicapainya seperti medali emas Olimpiade, juara dunia dan juara All England. Hanya medali emas Asian Games yang luput dari gengamannya.

Susy Susanti merupakan anak dari pasangan Risad Hartono dan Purwo Benowati, kelahiran Tasikmalaya tanggal 11 Februari 1971.

Ia memulai karirnya di klub milik pamannya, PB Tunas Tasikmalaya. Dengan dukungan penuh kedua orang tua, Susy menekuni latihan semenjak masih duduk di sekolah dasar(SD).  Bakat yang dimiliki Susi membuatnya menjadi langganan juara di turnamen-turnamen level yunior sampai akhirnya ia pindah ke Jakarta tahun 1985.

Di Jakarta, Susi bersekolah di sekolah khusus atlet Ragunan. Disinilah ia ditempa dengan disiplin yang ketat. Latihan di mulai pukul 07.00 sampai 11.000 dilanjutkan pukul 15.00-19.00 dan hanya libur di hari minggu.

Kedisiplinan dan kegigihan Susi mulai membuahkan hasil. Tahun 1983, ia menjuarai nomor ganda putri Jakarta Terbuka U-15 berpasangan dengan Ladawan. M dari Thailand. Tahun 1986 ia memenangkan dua gelar juara sekaligus di kelompok taruna Jakarta Terbuka yakni tunggal putri dan ganda putri berpasangan dengan Lilik Sudarwati. Sedangkan di ganda campuran, ia berpasangan Nunung Wibianto kalah dari Ardy Wiranata yang berpasangan dengan pemain China, Tan Jiuhong. Tan Jiuhong sendiri merupakan lawan yang dikalahkan Susy di final tunggal putri.

Prestasi Susy kian dikenal kala memborong tiga gelar juara sekaligus di arena Invitasi Dunia Yunior di Jakarta tahun 1987. Di tunggal putri, ia menundukkan Lee Jung Mi (Korea) di final. Lalu di ganda putri bersama Lilik Sudarwati mengalahkan Li Jung Mi/Gil Young Ah. Sementara di ganda campuran bersama Ardi Wiranata, berhasil mengalahkan rekannya sendiri Ricky Subagja/Lilik Sudarwati. Tahun berikutnya, Susi kembali menjuarai nomor tunggal setelah mengalahkan Huang Yin (China) di final. Ia mendapat gelar tambahan dari ganda putri bersama Lilik yang mengalahkan Bang Soo Hyun/Shoon Hye Joo (Korea)

Di usia masih muda, Susi mulai menapaki persaingan kelas dunia. Tahun 1989, ia menjuarai invitasi Piala Dunia dan Indonesia Terbuka.  Di babak final Indonesia Terbuka, Susy menaklukkan andalan China Huang Hua. Susy juga meraih medali emas diajang pesta olahraga Asia Tenggara, SEA Games yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia.

Tahun 1990, Susy mencatatkan diri sebagai juara turnamen bergengsi All England setelah mengalahkan Huang Hua (China) di babak final. Gelar lainnya yang ia raih tahun 1990 ini adalah juara Australia Terbuka dan Grand Prix Final. Namun sayang, Susy tergejal di semifinal Asian Games di Beijing, China. Ia kalah dari pemain tuan rumah Zhou Lei dan harus puas dengan medali perunggu.

Tahun 1991, Susy mempertahankan gelar juara All England. Ia berhasil memenangkan partai “all Indonesia final” atas Sarwendah Kusumawardhani. Susy juga meraih kembali gelar juara Indonesia Terbuka yang lepas dari tangannya tahun 1990. Di babak final, Susy mengalahkan pebulutangkis Korea, Lee Heung Soon. Tahun ini menjadi menjadi tahun panen gelar bagi Susy. Selain All England dan Indonesia Terbuka, ia juara Chinese Taipei Terbuka, Denmark Terbuka, Swedia Terbuka, Thailand Terbuka dan turnamen penutup tahun, Grand Prix Final. Namun Susy masih terhalang untuk meraih juara dunia. Ia kalah di semifinal dari Tan Jiuhong (China) pada Kejuaraan Dunia yang berlangsung di Kopenhagen, Denmark.

Olimpiade Barcelona 1992 merupakan kenangan terindah dalam perjalanan karir Susi. Ia bersama Alan Budi Kusuma yang kemudian menjadi suami-nya, mencatatkan sebagai dua orang pertama Indonesia meraih medali emas Olimpiade. Di pertandingan final Susy berhasil mengalahkan Bang Soo Hyun dari Korea dengan rubber game 5-11, 11-5 dan 11-3. Gelar lainnya yang diraih Susy tahun 1992, yakni Jepang Terbuka, Denmark Terbuka, Jerman Terbuka, Denmark Terbuka, Thailand Terbuka dan Grand Prix Final.

Rasa penasaran Susy kepada atas gelar juara dunia, akhirnya terpuaskan pada Kejuaraan Dunia tahun 1993 yang berlangsung di Birmingham, Inggris. Di babak final, ia kembali mengalahkan musuh bebuyutannya Bang So Hyun di babak final. Lawan yang sama juga ditundukkan Susy saat meraih kembali gelar juara All England. Susy juga menjuarai Jerman Terbuka, Belanda Terbuka, Malaysia Terbuka, Thailand Terbuka, Invitasi Piala Dunia dan Grand Prix Final.

Panen gelar terus dicapai Susy. Ia menjuarai All England 1994, Jepang Terbuka 1994 dan Malaysia Terbuka 1994 dengan mengalahkan lawan yang sama di babak final, yakni Ye Zhaoying (China). Susy memenangkan turnamen Indonesia Terbuka 1994 dengan mengalahkan Bang So Hyun di babak final. Lalu ia juga menjuarai Thailand Terbuka, Chinese Terbuka, Invitasi Piala Dunia dan Grand Prix Final. Namun Susy kembali kurang beruntung di Asian Games. Ia hanya meraih perunggu setelah kalah dari Hisako Mizui (Jepang) di babak semifinal Asian Games yang berlangsung di Hiroshima, Jepang.

Perseteruan Susy dan Bang So Hyun mewarnai perjalan Susy meraih gelar juara tahun 1995. Empat gelar juara diraih dengan mengalahkan seterunya tersebut di babak final yakni, di Jepang Terbuka, Korea Terbuka, Malaysia Terbuka dan Indonesia Terbuka. Tetapi Bang membalasnya di semifinal China Terbuka.

Tahun 1996, Susy kembali tampil di arena Olimpiade yang berlangsung di Atlanta, Amerika Serikat. Kali ini, ia harus mengakui keunggulan Bang So Hyun di babak semifinal dan harus puas dengan medali perunggu. Bang sendiri akhirnya meraih medali emas setelah mengalahkan pemain Indonesia lainnya Mia Audina. Gelar yang diraih Suys di tahun 1996 ini, yakni Chinese Taipei Terbuka, Indonesia Terbuka , Invitasi Piala Dunia dan Grand Prix Final.

Susy melengkapkan gelar Indonesia Tebuka keenam kalinya. Ia menjuarai Indonesia Terbuka 1997 setelah mengalahkan Ye Zhaoying di babak final. Dengan kemenangan ini, Susy menjadi pemain tunggal putri dengan terbanyak gelar diajang Indonesia Terbuka (1989, 1991, 1994, 1995, 1996, 1997). Susy juga mencetak rekor peraih gelar terbanyak di ajang Grand Prix Final yakni sebanyak 6 kali (1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1996). Di kedua turnamen, Susy lebih baik dari pemain China Li Lingwei dengan 4 kali juara. Demikian pula diajang Invitasi Piala Dunia, Susy mencetak rekor terbanyak dengan lima kali juara (1989, 1993, 1994, 1996 dan 1997). Ia juga mengungguli Li Lingwei yang neraih empat kali juara.

Keperkasaan Susy semakin sempurna dengan keberhasilannya diajang beregu. Ia bersama rekan-rekannya merebut Piala Sudirman tahun 1989. Difinal Piala Sudirman 1989, ia menyelamatkan Indonesia dari kekalahan dibabak final, dimana Indonesia sempat tertinggal 0-2 dari Korea Selatan. Susy pun kalah di game pertama dari Lee Young Suk 10-12, serta tertinggal 7-10 di game kedua. Hanya 1 angka saja diperlukan bagi Korea untuk merebut Piala Sudirman. Sungguh dramatis, Susy mengejar ketinggalan menjadi 10-10, lalu menang 12-10. Di game ketiga, Susy tidak memberikan angka kepada lawannya dan skor pertandingan final menjadi 1-2. Indonesia membalikkan keadaan menjadi 3-2, setelah dua partai berikutnya berhasil dimenangkan pemain tunggal putra Eddy Kurniawan dan ganda campuran Eddy Hartono/Verawaty Fajrin.

Susy juga punya andil besar memimpin rekan-rekannya di perebutan Piala Uber. Dua kali berturut-turut yakni tahun 1994 dan 1996, piala beregu putri dunia tersebut bersemayam di tanah air.

Atas jasa-jasa nya mengangkat prestasi bulutangkis Indonesia tersebut, pemerintah menyematkan penghargaan Bintang Jasa Utama tahun 1992. Ia juga meraih penghargaan Herbert Scheele Trophy, 2002 dan Hall of Fame dari International Badminton Federation (IBF), Mei 2004.

Susy Susanti akhirnya dipersunting oleh pasangan emasnya Alan Budi Kusuma pada tanggal 9 Februari 1997. Pasangan ini telah dikaruniahi  Lourencia Averina (lahir 1999), Albertus Edward (lahir 2000), dan Sebastianus Frederick (lahir 2003). Selepas gantung raket,  Susymenekuni profesi sebagai pengusaha peralatan bulutangkis. Bersama sang suami, Susi meluncurkan brand Astec (Alan Susy Technology). Sumbangsih Susy dan Alan untuk dunia bulutangkis tidak berhenti walaupun sudah tidak ikut bertanding. Perhatian mereka diwujudkan dengan menggelar turnamen bulutangkis Astec Open yang sudah mulai dipertandingkan sejak tahun 2004.

Selain berbisnis, Susy juga sempat dipercaya sebagai manajer tim Piala Uber Indonesia tahun 2008. Ia berhasil membawa Maria Kristin dan kawan-kawan menduduki posisi runner up. Tahun 2012, Susiypun mulai berkiprah di kepengurusan PBSI yang dipimpin ketua umum Gita Wirjawan. Ia dipercaya menduduki jabatan staff ahli bidang pembinaan dan prestasi. Ketika kepengurusan berganti dibawah ketua umum Wiranto tahun 2016, Susy diberi kepercayaan sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi. Sebuah jabatan yang bertanggungjawab atas prestasi bulutangkis Indonesia.

Kisah prestasi Susy menginspirasi banyak pebulutangkis generasi setelahnya. Tak heran, kisah hidupnya diceritakan dalam semua film yang berjudul “Susi Susanti : Love All”. Artis Laura Basuki yang memerankan Susy, berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran utama wanita terbaik dalam Festival Film Indonesia 2020.

 

Profil

Nama                                                    : Susy Susanti

Tempat Lahir                                      : Tasikmalaya

Tanggal Lahir                                      : 11 Februari 1971

Pegangan Raket                                : Kanan

Nama Bapak                                       : Risad Haditono

Nama Ibu                                            : Purwo Benowati

Nama Suami                                       : Alan Budi Kusuma

Nama Anak                                         : Lourencia Averina, Albertus Edward, Sebastianus Frederick

Penghargaan                                     : Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama

 

Prestasi

Medali emas Olimpiade 1992

Juara Dunia 1993

Juara Invitasi Piala Dunia 1989, 1993, 1994, 1996, 1997

Juara All England 1990, 1991, 1993, 1994

Juara Grand Prix Final 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1996

Juara Indonesia Terbuka 1989, 1991, 1994, 1995, 1996, 1997

Juara Malaysia Terbuka 1993, 1994, 1995, 1997

Juara Jepang Terbuka 1992, 1994, 1995

Juara Thailand Terbuka 1991, 1993, 1994

Juara ChineseTaipei Terbuka 1991, 1996

Juara Denmark Terbuka 1991, 1992

Juara Jerman Terbuka 1992, 1993

Juara Swedia Terbuka 1991

Juara Thailand Terbuka 1992

Juara Belanda Terbuka 1993

Juara Korea Terbuka 1995

Medali emas SEA Games 1989, 1991, 1995

Medali Perunggu Asian Games 1990, 1994

Juara Invitasi Dunia Yunior 1987, tunggal putri, ganda putri (/Lilik Sudarwati) & ganda campuran (/Ardy Wiranata)

Juara Invitasi Dunia Yunior 1988, tunggal putri & ganda putri (/Lilik Sudarwati)

Leave a Reply