Taufik Hidayat merupakan nama yang fenomenal dalam perbulutangkisan Indonesia. Atlet yang mempunyai talenta tinggi ini, mampu menjadi daya tarik penonton setiap kali ia bertanding. Salah satu teknik yang dimiliki, yaitu smash backhand disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia.
Taufik lahir di Bandung tanggal 10 Agustus 1981. Perkenalan awal Taufik dengan bulutangkis, bermula dari keinginan orang tua agar perhatian Taufik kecil tidak tersedot kepada sepak bola sebagaimana anak-anak pada umumnya. Mulailah anak pasangan Aris Haris dan Enok Dartilah ini menekuni olahraga tepok bulu ini di usia 7 tahun. Taufik merintis karir dengan masuk klub SGS (Sangkuriang Graha Sarana) Bandung. Di klub yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Bandung ini, Taufik ditempa oleh Lie Sumirat yang juga merupakan salah seorang pebulutangkis ternama di Indonesia. Ilmu dari Lie Sumirat berupa pukulan aneh yang menipu kelak menjadi salah satu andalan Taufik saat bertanding.
Taufik berlatih sepulang sekolah di SD Pengalengan dengan menempuh perjalan cukup jauh untuk mencapai GOR SGS. Bertahun-tahun ia menjalani rutinitas latihan sampai malam hari. Ketika menginjak bangku SMP, Taufik hidup mandiri dengan kos di Kota Bandung agar lebih dekat dengan tempat latihan. Tahun 1994, prestasi Taufik mulai menonjol dengan menjuarai Aqua Trophy di Solo dan dilanjut dengan gelar juara Aqua Master. Berbagai gelar juara ia raih membuatnya ditarik ke Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas) di Cipayung, Jakarta pada tahun 1996 atau saat baru berusia 15 tahun. Kemampuan Taufik semakin terasah dibawah bimbingan pelatih Mulyo Handoyo.
Tahun 1997, ia sudah meraih gelar juara Internasional dengan menjuarai Jerman Terbuka Yunior. Setahun kemudian Taufik meramaikan persaingan kelas dunia dengan menjuarai turnamen sekelas Grand Prix di Brunei Terbuka 1998. Bahkan di babak final, ia berhasil mengalahkan pebulutangkis andalan China, Dong Jiong.
Gelar demi gelar juara pun tidak tertahankan. Ia mulai meraih gelar juara Indonesia Terbuka untuk pertama kalinya tahun 1999, setelah mengalahkan rekannya Budi Santoso di babak akhir. Gelar ini, ia pertahankan setahun berikutnya. Di babak final Indonesia Terbuka 2000, Taufik menundukkan pemain Malaysia Ong Ewe Hock. Taufik menambah gelarnya di Malaysia terbuka dan Kejuaraan Asia 2000, dengan masing-masing kejuaraan ia mengalahkan Xia Xuanxe (China) dan Rony Agustinus (Indonesia) di babak akhir. Namun Taufik tidak beruntung di arena All England. Ia sudah mencapai babak final tetapi harus mengakui keunggulan Xia Xuanxe.
Di ajang beregu, ia memberikan sumbangsih saat Indonesia memboyong Piala Thomas tahun 2000 di Kuala Lumpur. Di debut pertama pada Piala Thomas tahun 2002, Taufik menjadi penentu kemenangan Indonesia atas China di final. Saat itu Indonesia sudah unggul 2-0 yang dihasilkan Hendrawan dan pasangan Rexy Mainaky/Tony Gunawan. Taufik pun menjadi pahlawan dengan mengalahkan Ji Xinpeng 15-9, 17-14 dan memastikan Piala Thomas kembali dalam genggaman pasukan merah putih.
Dua tahun berikutnya, Taufik kembali terpilih sebagai anggota tim Indonesia di Piala Thomas di Guangzhao, China. Namun ia gagal menyumbangkan poin dibabak final saat berhadapan dengan tim Malaysia. Faktor kekecewaan kepada wasit membuat konsentrasi Taufik terganggu dan kalah dari Lee Tsuen Seng 7-1, 5-7, 2-7, 7-2 dan 3-7. Namun Indonesia tetap unggul 3-2 atas pasukan negeri Jiran tersebut dan Indonesia mempertahankan Piala Thomas.
Tahun 2002 ini, Taufik meraih prestasi besar dengan merebut medali emas Asian Games yang berlangsung di Busan, Korea. Ia menumbangkan pemain Korea Lee Hyun Ill dibabak final dengan skor, 15-7 dan 15-9. Selain itu, Taufik menambah gelar juara Indonesia Terbuka untuk ketiga kalinya. Ia mengalahkan pemain China Chen Hong di babak pamungkas. Chen Hong pula yang dikalahkan Taufik dibabak final Indonesia Terbuka setahun kemudian dan perbendaharaan gelar juara yang diraih Taufik menjadi empat gelar juara.
Tahun 2004 nama Taufik Hidayat melambung ke kasta tertinggi perbulutangkisan. Ia meraih medali emas Olimpiade yang berlangsung di Athena, Yunani. Sebelum mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan berkibarnya bendera merah putih, Taufik mengalahkan wakil Korea Shon Seungmo, 15-8 dan 15-7. Di tahun ini pula Taufik meraih gelar juara Indonesia Terbuka untuk kelima kalinya. Ia kembali mengalahkan Chen Hong di babak final.
Meraih medali meas Olimpiade, tidak membuat Taufik cepat puas. Ia berhasil memburu gelar juara dunia. Taufik berhasil meraih juara pada Kejuaraan Dunia tahun 2005 yang berlangsung di Ahahem, Los Angeles, Amerika Serikat. Di babak final, ia menumbangkan pemain bintang asal China, Lin Dan, 15-3 dan 15-7.
Atas berbagai prestasi-nya tersebut, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Bintang Jasa Utama yang disematkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 10 September 2005 bertepatan dengan Hari Olahraga Nasional (Haornas).
Tonggak baru kehidupan Taufik terjadi 4 Februari 2006. Ia mempersunting Armi Diyanti Gumelar sebagai istri-nya. Ami merupakan putri bungsu pasangan yang dua-duanya pernah menjadi menteri yakni Agum dan Linda Gumelar. Dari pernikahannya, Taufik sudah dikaruniahi dua orang anak yakni Natarina Alika Hidayat dan Nayotama prawira Hidayat.
Tahun 2006 ini, Taufik berhasil menyamai rekor enam kali juara Indonesia Terbuka. Ia menyamai prestasi pendahulunya Ardy Wiranata. Taufik juara Indonesia Terbuka tahun 1999, 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2006. Di babak final Indonesia Terbuka 2006, Taufik mengalahkan Bao Chunlai dari China. Taufik juga berhasil mempertahankan medali emas Asian Games. Di babak final Asian Games 2006 yang berlangsung di Doha, Qatar, ia sukses mengalahkan Lin Dan dari China, 21-15, 22-20.
Setelahnya Taufik masih berkibar di level atas bulutangkis, walaupun gelar juara yang diraih, tidak sebanyak sebelumnya. Ia meraih juara di Kejuaraan Asia 2007 dan medali emas SEA Games 2007. Lalu, juara Makau Terbuka Grand Prix Gold 2008 dengan menundukkan pebulutangkis kebanggaan Malaysia Lee Chong Wei di babak final.
Awal tahun 2009, Taufik resmi mengundurkan diri dari Pelatnas. Ia meniti karirnya sebagai pemain profesional. Beberapa prestasi masih sempat dicatat olehnya di usia menjelang pensiun diantara juara Indonesia Grand Prix Gold 2010, Kanada Terbuka Grand Prix 2010, Perancis Terbuka Super Series 2010 dan India Terbuka Grand Prix Gold 2011. Bersamaan dengan penyelenggaraan Indonesia Terbuka Super Series Premier 2013, Taufik resmi mengundurkan diri dari kompetisi bulutangkis.
Sebagai baktinya untuk bulutangkis, Taufik membuat pusat pelatihan bulutangkis yang diberi nama Taufik Hidayat Arena (TH Arena). TH Arena ini diresmikan tanggal 10 Desember 2012 oleh Gubernur DKI Jakarta, Djoko Widodo.
Profil :
Nama : Taufik Hidayat
Tempat Lahir : Bandung
Tanggal Lahir : 10 Agustus 1981
Pegangan Raket : Kanan
Nama Bapak : Aris Haris
Nama Ibu : Enok Dartilah
Nama Istri : Armi Diyanti Gumelar
Nama Anak : Natarina Alika Hidayat dan Nayotama prawira Hidayat
Penghargaan
- Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama
Prestasi
Medali Emas Olimpiade 2004
Medali Emas Asian Games 2002 & 2006
Medali Emas SEA Games 1999 & 2007
Juara Kejuaraan Dunia 2005
Juara Kejuaraan Asia 2000, 2004 & 2007
Juara Indonesia Terbuka 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, 2006
Juara Indonesia Grand Prix Gold 2010
Juara Malaysia Terbuka 2000
Juara Brunei Terbuka 1998
Juara Singapura Terbuka 2001, 2005
Juara Taipei Terbuka 2002
Juara Macau Terbuka 2008
Juara India Grand Prix Gold 2009
Juara Amerika Serikat Terbuka 2009
Juara Kanada Terbuka 2010
Juara Perancis Terbuka Super Series 2010
Juara India Grand Prix Gold 2011
Runner up All England 1999 & 2000
Runner up Singapore Terbuka 1999
Runner up Jepang Terbuka 2006, 2007 & 2009
Runner up Macau Terbuka 2007
Runner up Perancis Terbuka Superseries 2009
Runner up Indonesia Terbuka Superseries 2010
Runner up Kejuaraan Dunia 2010
Runner up Malaysia Terbuka Superseries 2011
Runner up Kanada Terbuka Grand Prix 2011
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.